LibreOffice 7.0 di Raspberry Pi OS

Setelah kemarin bikin video Armbian dengan LibreOffice 7.0 (https://www.youtube.com/watch?v=1rTrCVgGXfA) ngoprek disela-sela kesibukan masih berlanjut. Kali ini ngidupin layar 7 inch dengan perangkat raspberry pi buat mainan bocah dengan GCompris.

Di Raspberry Pi OS (dulu Raspbian), yang berbasis debian buster. Caranya cukup mudah, pasang flatpak, pasang libreoffice dari flatpak. Beres!

Eh tunggu dulu, belum beres. Karena menu aplikasi libreofficenya belum bisa muncul. Harus digosok dulu. Berikut cara nggosoknya:

  • Edit berkas

/etc/xdg/lxsession/LXDE-pi/desktop.conf

  • Di paling bawah, tambahkan

[Environment_variable] XDG_DATA_DIRS=/var/lib/flatpak/exports/share:/home/pi/.local/share/flatpak/exports/share:/usr/local/share/:/usr/share/raspi-ui-overrides:/usr/share/:/usr/share/gdm/:/var/lib/menu-xdg/

  • Reboot

Udah deh!

LibreOffice 7.0 di Raspberry Pi OS
LibreOffice 7.0 di Raspberry Pi OS

Pasang ulang Weibu F3C – Endless Mini PC (unreleased)

Weibu F3C | Endless Computer

Saya mendapatkan komputer ini dari Baris, CEO Endless Solutions jaman saya masih jadi ambassador pada 2017. Sudah terpasang Endless OS dan berfungsi dengan baik. Beberapa hari ini saya memutuskan untuk mengganti OSnya dengan OS apapun yang memungkinkan.

Pengujian pertama dengan openSUSE Tumbleweed, pemasangan berjalan mulus, masuk desktop agak kacau dikarenakan layar HDMI dianggap sebagai layar extended. Jadi harus mengarahkan kursor yang tepat dan mengatur ulang layar beserta resolusinya. Setelah masuk desktop, wireless tidak bisa digunakan. ini sudah sesuai prediksi. Pasang firmware non-free juga tidak membuahkan hasil.

Pengujian berikutnya dengan Ubuntu 20.04 yang masih Beta. Hampir sama, perbedaannya hanya si Ubuntu sedikit lebih pintar mengenali layar dari pada openSUSE. Namun tetap perlu mengatur resolusi layarnya. Wireless juga sama-sama tidak bisa digunakan walaupun sudah memasang firmware non-free.

Continue reading “Pasang ulang Weibu F3C – Endless Mini PC (unreleased)”

Macbook Jadul dengan openSUSE Tumbleweed

Jadi kapan hari menjenguk duo R, dan keinget kalau ada “harta” lama yang gak dipakai. Jadinya saya minta dan dicoba dihidupkan. Macbook2,1. Laptop jaman Pak Beye kata teman saya.

Macbook2,1
Macbook2,1

Ini komputer cukup nyusahin. Kalau pakai MacOS X mentok di Lion. Walhasil gak bisa ngapa-ngapain, wong banyak aplikasi ndak support. Boot usb linux juga ndak mau, gak kayak Macbook keluaran baru yang mau boot linux. Dulu masang ubuntu lewat media CD. Berhubung sudah gak punya CD, alhasil menggunakan segala cara agar bisa boot. Cara termudah adalah memasang ubuntu dari komputer lain, lalu pindah disknya ke macbook jadul tersebut.

Bagaimana dengan OS Linux lainnya? susah … gak bisa kepasang. Kesimpulan akhir, karena grub yang terpasang di ubuntu itu grub-pc i386 (walaupun pakai arch 64 bit). Jadi yang mulus terpasang pertama kali adalah ubuntu.

Selanjutnya usaha agar memasang openSUSE Tumbleweed. Berbagai cara sudah digunakan, ketemu kesimpulan cara yang mujarab sebagai berikut:

  1. Pasang opensuse (boot legacy, jangan uefi) pada disk (usb flashdisk) lain dengan komputer lain.
  2. Sediakan partisi kosong ext4 di macbook jadul tersebut.
  3. Salin isi usb flashdisk pada nomor 1 ke dalam partisi ext4 tadi. Salin dengan opsi -rapv biar kebawa semua atribut dan permission berkasnya.
  4. Uji dengan chroot, kalau mulus berarti sudah benar.
  5. Ubah fstab, sesuaikan dengan uuid yang baru, pindah motherboard/komputer akan membuat beda uuid.
  6. Edit grub di ubuntu, sesuaikan.

Ribet kan? tapi seru, buat nambah kesibukan selama masa diam di rumah.

Pergi ke FOSDEM 2020

Biar kayak orang-orang

Ini nulisnya telat banget, juga males nulis banyak karena udah telat. Intinya sih pingin pamer kalau berhasil pergi ke FOSDEM 2020 di Belgia. Dan seru-seruan bersama teman-teman TDF/LibreOffice.

TDF Board & MC
TDF Board & MC

 

Biar kayak orang-orang
Biar kayak orang-orang

 

Konser Brexit
Konser Brexit

 

Bawaan balik ke kampung
Bawaan balik ke kampung

Foto lainnya masih banyak sih, tapi ndak minat ditaruh di sini. 🙂
Perjalanan ini ditanggung sepenuhnya oleh The Document Foundation (kecuali pembelian oleh-oleh).