Takengon
Jum’at, 16 Januari 2009 tepatnya pukul 18.00 WIB saya sampai di Takengon – Aceh Tengah. Kesan pertama dalam perjalanan adalah suasananya terasa di Malang – Jawa Timur. Jadi serasa nostalgia.
Sehabis mandi dan bersih-bersih, saya bersama Eka, Ketua Ubuntu SubLoCo Aceh pergi jalan-jalan untuk mencari makan. Suasanya saya rasakan jauh dari Banda Aceh, serasa di daerah lain.
Ketika makan pun, tastenya lain. Serasa makanan di Jawa. Si Eka bilang kalau di Takengon ini banyak orang Jawa yang dulu ikut program transmigrasi.

Suhu di Takengon cukup rendah, mungkin karena saya tidak terbiasa dengan dingin. Tapi suhunya dibawah 18 derajat celcius.

Pemandangan pagi harinya pun cukup indah. Suasananya jauh dari hiruk pikuk metropolitan. Masih banyak hal-hal yang natural disini. Pemandangan di sekitar danau pun indah, bahkan sangat indah. Serasa di film Lord of The Ring. Sayangnya saya kekurangan waktu untuk keliling sekitar danau. Mungkin kalo para dewa Olympus tahu tentang Takengon, bakalan pindah kesini mereka. 😀

Presentasi BlankOn
Sabtu tanggal 17 Januari 2009 ada agenda untuk mempresentasikan BlankOn Linux kepada 33 instansi/dinas yang sudah mengenal/pernah mendapatkan sosialisasi Linux dan OSS pada bulan Juli 2008. Acara presentasi berjalan lancar dan langsung membuahkan hasil yaitu SMK N 1 Takengon dan Universitas Gajah Putih mau mengikuti program migrasi.

SMK N 1 Takengon
Selesai acara di Kantor Bupati, saya langsung diculik ke SMK N 1 Takengon untuk mendemokan blankon serta talkshow dadakan tentang linux. Untung pesertanya para siswa dan siswi yang cakep-cakep dan ceria.

Universitas Gajah Putih
Walaupun baru berdiri, Universitas ini sudah berkomitmen untuk menggunakan open source software dan linux sebagai pondasi pendidikan mereka. Saya hanya sempat kopdar dengan dekannya, Pak Zaenal Abdi, dikarenakan waktu yang mepet. Jadinya tidak sampai berkunjung ke markas besar Universitas Gajah Putih.
Perjalanan Pulang
Perjalanan pulang super berliku, di sela-selanya saya tinggal tidur biar tidak terasa. 😀



makanya aku pernah bilang di blogku kalau takengon itu keindahan tersembunyi di nanggroe.
Sayang ya jalan ke arah Takengon tidak terkondisi dengan baik. Kalau jalannya udah nyaman dan lebar, itu Takengon pasti lebih meriah.
ris, rugi kalau gak jalan muteri danaunya. paling kaki gempor hahahaha
Gak sempat bos. Waktunya mefet.
Wow, keren……
Foto2 pemandangannya kurang atuh……
Kemarin waktunya mepet bro, jadi kagak sempat keliling danau. Lagian kagak bawa kamera SLR. Cuman kamera poket doank.
bang haris…
ga usah pulang2 lg..
jd penduduk tetap gayo aja ya…
biar os di takengon bs tetap jaya…
urusan KTP biar aku yg urus, gratis…hehehe
ato jadi penduduk transmigrasi aja,
biar dikasih lahan ledang yang luas…
kan bisa buat bikin lahan untuk sekolah IT…
hehe…